Dari Abdurrahman bin Abi amrah, ia berkata, “Utsman bin Affan masuk ke masjid setelah shalat maghrib, lalu beliau pun duduklah sendirian. Lalu aku pun duduk kepadanya. Lalu Utsman berkata, ‘Hai anak saudaraku, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةِ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ
“Siapa yang shalat isya berjamaah, maka seakan-akan ia shalat setengah malam, dan siapa yang shalat subuh berjamaah, seakan-akan ia shalat semalam suntuk.” (HR. Muslim)
Keutamaan shalat isya dan subuh berjamaah Di sini nabi mengabarkan bahwa shalat isya berjamaah itu sama dengan shalat setengah separuh malam, dan shalat subuh berjamaah itu sama dengan shalat semalam suntuk. MasyaAllah. Makanya ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan tentang orang munafik,
ليْسَ صَلاةُ اثْقَلَ عَلَى المُنَافِقِينَ مِنْ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَالعِشَاءِ ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبُواً
“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari shalat Shubuh dan shalat ‘Isya’. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak.” (HR. Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651)
Ibnu Hajar mengatakan bahwa semua shalat itu berat bagi orang munafik sebagaimana disebutkan dalam firman Allah,
وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى
“Dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas” (QS. At Taubah: 54).
Akan tetapi, shalat ‘Isya dan shalat Shubuh lebih berat bagi orang munafik karena rasa malas yang menyebabkan enggan melakukannya. Karena shalat ‘Isya adalah waktu di mana orang-orang bersitirahat, sedangkan waktu Shubuh adalah waktu nikmatnya tidur. (Fathul Bari, 2: 141).
Hanya Allah yang memberi hidayah untuk beramal shalih.